0

MENJADI MUKMIN SEJATI

“Dua hal yang harus kita ingat, keburukan kita kepada orang lain dan kebaikan orang lain kepada kita. Dan dua hal yang harus kita lupakan, kebaikan kita kepada orang lain dan keburukan orang lain kepada kita”.

Sebuah kata singkat, namun mengandung banyak arti yang begitu dalam. Tanpa diresapi dengan kepribadian yang baik mungkin seseorang tidak akan setuju dengan kata-kata di atas, bagaimana mungkin kalau dia harus mengingat keburukannya kepada orang lain dan mengigat kebaikan orang lain kepadanya, kemudian juga harus melupakan kebaikannya kepada orang lain serta melupakan keburukan orang lain kepadanya, kayaknya kurang adil hal itu tidak akan pernah terjadi selamanya dan hanya orang bodoh yang akan melakukan hal itu.

Tidak salah apabila ada seseorang yang mengatakan kata-kata seperti di atas karena hal itu sangat wajar terjadi pada seorang manusia. Namun yang harus disalahkan karakternya yang dongkol, kering kerontang tanpa tetesan air kepedulian dan pengertian kepada orang lain, sifat egoisme sudah merusak fikirannya sehingga ia tidak bisa berfikir manusawi, selalu mementingkan dirinya dan perbuatannya.

Bagi kita seorang muslim hal itu sangat penting, karena dengan mengingat keburukan kita kepada orang lain kepada kita dan mengingat kebaikan kita kepada orang lain pada kita, kita akan senantiasa melakukan hal-hal yang positif, takut melakukan hal-hal yang negatif, selalu ingin minta maaf kepada orang dan selalu merasa mempunyai hutang budi kepada orang lain karena kebaikannya kepada kita. Hidup kita akan senantiasa damai dan tentram.

Kemudian dengan melupakan kebaikan kita kepada orang lain dan kebarukan kita kepada oranglain , kita termotivasi untuk melakukan kebajikan serta tolong menolong karena kita tidak pernah ingat kepada kebaikan kita sehingga kita selalu merasa belum melakukan kebaikan. Dengan melupakan keburukan oranglain kepada kita, kita akan hidup dalam kehidupan yang damai. Sebutir pun tidak akan ada benih-benih dendam dalam diri kita karena hanya kebaikan oranglain yang selalu kita rasakan.

Dendam hanya akan membuat kita jauh dari ridlo Allah dan akan memutuskan tali persaudaraan di antara sesama, satu dengan lain saling bermusuhan. Hidup ini bagaikan neraka yang hanya akan membinasakan setiap orang yang berkecimpung di dalamnya. Na’udzubillahi min dzalik.

Seorang mukmin diperintah untuk berakhlak mulia sebagai bentuk bagi kesempurnaan iman. Seseorang akan dikatan paling sempurna imannya apabila ia berakhlak mulia, sebagaimana yang disabdakan Rasulullah saw dalam salahsatu Haditsnya yaitu;
أكمل المؤمين إيمانا أحسنهم خلقا (رواه أحمد)
Artinya: Orang Mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik budipekertinya. (HR. Ahmad).

Hadits di atas mengingatkan kita untuk senantiasa menjadi orang yang baik dan mempunyai budipekerti yang patut dibanggakan, Sungguh hidup akan menjadi lebih hidup, ridlo Allah senantiasa menemani kita, hari-hari kita lebih berwarna karnanya, seakan hidup di surga.
0

Revolusi Zaman

Di era modern seperti sekarang ini banyak pemuda atau pemudi yang terbawa arus oleh zaman, zaman yang serba populer, serba modern, serba nge-trend namun begitu mayoritas remaja tidak mengerti akan arti dari semua ini, sang remaja kurang begitu kritis dan analisis terhadap pergantian zaman, ia hanya bisa bersenang-senang dengan semua dia anggap semua ini adalah surga yang harus ia nikmati dengan tanpa mempertimbangkan dengan fikiran yang ilmiah.

Telah banyak remaja-remaja yang sebagian dari teman-teman kita yang belum mengenyam pendidikan agama secara efektif, khususnya remaja yang tengah memasuki pasca pubertas, tenggalam dalam jurang kehancuran tentunya dikarenakan terlalu asyik menikmati pergantian zaman yang serba modern ini, ia hanya mengandalkan fisik tanpa disertai fikiran yang matang, ia lalai untuk mempertimbangkan semua ini, sehingga ia terbawa arus kehidupan yang jauh dari keharmonisan.

Ironisnya mayoritas remaja pada saat ini yang ikut trend tanpa mengetahui arti trend itu sendiri. Mereka didalam mengartikan trend sangatlah gampang dan tentunya trend itu akan ia samakan dengan dirinya yang serba gaul, mereka menganggap trend itu adalah sebuah realita yang bernuansa Punk, tentunya bagi yang laki-laki dengan rambut di-cat, pake’ anting, mondar-mandir di jalanan sambil pegang gitar, tidak kalah lagi dengan yang perempuan dengan gaya celana mini yang hanya menutupi sebagian kemaluannya, kemudian pake’ kaos yang serba ketat sehinga bentuk tubuhnya terlihat jelas dimata para penganut Punk yang lain, sehingga mereka mengklaim dirinya sebagai orang ter-gaul dibandingkan yang lain, tentunya orang yang tidak sama dengan mereka. Nah, anggapan seperti ini di kacamata islam adalah kesalahan yang sangat besar yang harus diperbaiki.

Kita sering mendengar kata-kata Punk seperti yang saya singgung di atas, namun apakah kita mengerti apa arti Punk tersebut?. Disini saya akan mencoba untuk menjelas apa arti Punk tersebut. Dulunya saya juga tidak mengerti apa sih arti Punk itu, penasaran membawa saya untuk mencari apa arti Punk itu, kemudian saya cari di kamus bahasa inggris yang sudah tersedia komputer, betapa terkejutnya saya setelah ketahui arti Punk itu, ternyata arti Punk itu adalah “pemuda yang tidak berpendidikan atau pemuda yang bodoh”, jadi mayoritas pemuda yang menganut gaya Punk adalah pemuda yang kurang berpendidikan, namun mengapa arti buruk dari Punk itu tidak membawa para remaja untuk insaf dari kebiasaanya menjadi anak Punk. Ada dua faktor yang menyebabkan mereka tidak berhenti dari kebiasaannya. Pertama, dikarenakan mereka tidak mengetahui artinya. kemudian yang kedua. Kemungkinan besar mereka mengetahui namun karena seduh menjadi kebiasaan dan sudah mendarah daging, mereka kesulitan untuk melepasnya.

Konsekwensinya otomatis akan kembali kepada mereka sendiri, mengapa mereka melakukan hal yang seperti itu. Yang sangat disayangkan lagi bagi kaum perempuan, ia dengan mudah mengumbar auratnya kesana-kemari, tanpa memikirkan akibatnya, dengan kebiasaan seperti banyak terjadi kasus pemerkosaan dimana-mana, kasus seperti ini yang sering terjadi adalah di kalanagan ana-anak sekolah yang salah pergaulan. Faktor lain yang menyebabkan adanya kasus seperti itu adalah tersebarnya film-film BF (blue film) atau gambar-gambar porno yang telah tersebar luas baik itu dari VCD atau dari HANDPHONE yang mempunyai kapasitas video, dari inilah banyak pemuda-pemudi yang teledor hingga sampai melakukan hal-hal yang mesum.

Ironisnya lagi di sebagian sekolah ada yang sebagian muridnya ketika berangkat sekolah tidak membawa alat tulis atau lainnya yang diperlukan disekolah, melainkan yang ia bawa adalah baju yang ia taruh di dalam tasnya lengkap dengan Make-Up-nya, lebih dari itu sebagian dari mereka tidak datang kesekolahan melainkan jalan-jalan dengan orang yang haram baginya, mengapa mereka melakukan hal yang demikian? Faktor utamanya adalah salah pergaulan, salah pergaulan yang negatif adalah sangat ber-efek negatif pula bagi kehidupan mereka.

Bagi para kaum wanita hal seperti ini sangat disayangkan karena akan merusak masa depannya, masa depannya akan rusak karena ia menganut pergaulan bebas (Free Association) yang tanpa memakai hijab untuk keselamatan dirinya. Bahkan sebagian orang yang mengatakan hijab merupakan keterbelakangan bagi manusia, hijab tidak menunjukkan budaya yang maju, hijab hanyalah sebuah fenomena yang akan mengembalikan manusia kepada kehidupan primitif1.

Argumen di atas sangat salah salah besar, karena hanya memikirkan kemajuan budaya tidak memikirkan bagaimana nasib masa depan seseorang yang mulai terjerumus pada jalan yang jauh dari keimanan, dan otomatis akan terjerumus dalam jurang jahiliyah.

Islam sangat menekankan pada pengembangan inner beauty atau kecantikan prilaku karena memang pada kecantikan prilaku itulah tergantung masa depan dan baik buruknya seorang muslimah baik sebagi pribadi, sebagi ibu, sebagian masyarakat islam dan, yang tak kalah penting, sebagian dari masyarakat dunia2.

Islam tidak lagi kita anggap sebagi pemandu kehidupan (way of life) prilaku keseharian kita. Islam hanya kita pakai ketika kata ini akan menguntungkan kita secara materi. Kita mungkin masih melakukan shalat, naik haji, menghadiri acara pengajian, dan lain-lain; namun inti dari ajaran islam yang harus menjadi bagian urat nadi kita, seperti kejujuran, amanah, kerja keras, bersifat toleran, dan lain-lain sama sekali kita lupakan3.

Hal seperti ini sangat lumrah di pedasaan sampai ke gang-gang sempit di perkotaan, kebiasaan seperti ini sangat berefek negatif bagi masa depan anak bangsa. Sebagai manusia sosial kita harus ikut prihatin dengan kenyataan ini, lebih dari itu kita juga harus berusaha untuk mengubah kebiasaan seperti dengan hal-hal yang positif.


Referensi

1. Abdul Hamid Al-Bilaly (Februari 1990), “Apa Yang Menghalangimu Untuk Berhijab”, Hal 68, Jakarta-Yayasan Al-Sofwa,.
2. K.H Ahmad Fatih Syuhud (Maret 2009), “Wanita Shalihah Wanita Modern”,Hal 52, Pustaka Al Khoirot, Karangsuko Pagelaran Malang.
3. Hj. Lutfiyah Syuhud (Februari 2008), ”Santri, Pesantren Dan Tantangan Pendidikan Islam”, Hal 97, Pustaka Al-Khoirot, Karangsuko Pagelaran Malang.

0

Niat Mencari Ilmu

Didalam upaya mencari ilmu, yang menjadi priorotas utama adalah niat atau tujuan yang baik, agar lebih matang dan lebih mendukung, karena tanpa niat, sesuatu tidak akan mudah tercapai. Lebih dari itu niat merupakan sesuatu yang fundamental dalam segala hal. Sabda Nabi saw :
إنما الأعمال بالنيات
Artinya: sesungguhnya sahnya segala amal itu tergantung pada niat

Berdasarkan Hadist diatas bahwasannya niat adalah komitmen utama bagi setiap orang, maka dari itu niat dalah sesuatu yang harus dikedepankan.Bagi setiap pelajar diharuskan mempunyai niat yang baik, niat yang baik itu seperti apa? Di sini kami akan mencoba menyebutkannya. pertama, “Mencari Ridha Allah”. kita hidup di dunia ini hanyalah sebagai hamba yang selalu ingin mendapatkan Ridha Allah, maka dari itu yang pertama kita harus mempunyai niat mencari Ridho Allah. Disamping itu Nabi Muhammad SAW bersabda Yang artinya : "orang yang menimba ilmu tidak karena Allah, maka, ia keluar dari dunia (meninggal) akan dipaksa oleh ilmunya agar mengikhlaskannya karena Allah. Sedangkan orang yang mencari ilmu karena Allah, maka ia seperti orang yang puasa disiang hari dan bangun di malam hari untuk shalat malam (tahajjud).
Dengan Hadist diatas, jelaslah bahwa, niat mencari ilmu karena Allah, itu merupakan suatu kewajiban bagi setiap orang khususnya bagi seorang santri.

Niat yang kedua adalah “menhilangkan kebodohan dari diri sendiri dan segenap orang-orang yang bodoh”, karena orang yang bodoh sangat gampang menerima apasaja meskipun itu dilarang oleh Syariat, banyak orang bodoh yang terpedaya oleh kebusukan syetan. Syetan akan selalu bersamanya kapan-pun dan dimana-pun, dengan bujukan-bujukan jahat, mereka sesatkan ia, dalam jangka waktu yang tidak lama orang yang bodoh tersebut akan tunduk pada syetan, lebih dari itu ia akan menyembahnya. Na'udzubillaahi min dzalik. Maka dari itu sebagai manusia yang berakal, kita jangan kehabisan akal, untuk belajar ilmu agama, dan selalu berusaha menghilangkan kebodohan pada diri kita, dan orang lain.

Banyak dari kalangan masyarakat, biasanya bertanya “sampai dimanakah orang wajib belajar”? maka kalau ada pertanyaan seperti itu, kita menjawab sampai kobodohan itu buruk bagi seseorang. Maka disitulah baik baginya belajar (berarti tidak ada batasnya).

Niat yang ketiga adalah menghidupkan agama dan melestarikan islam, karena sesungguhnya kelestarian islam hanya dapat dipertahankan dengan ilmu dan perilaku zuhud serta takwa.

Yang keempat adalah memenuhi kewajiban. Sebagai mana sabda Rasul : “Menuntut ilmu adalah Fardhu ‘Ain (kewajiban individu) bagi setiap Muslim dan Muslimat” jadi, jelaslah dengan Hadist di atas bahwasannya, mencari ilmu adalah suatu kewajiban bagi setiap umat, baik laki-laki maupun perempuan yang mukallaf.

Masih banyak niat-niat balajar yang tidak saya sebut. Tapi niat-niat belajar yang saya sebut diatas adalah niat yang paling penting yang harus dikuasai oleh setiap pelajar. Adapun niat-niat atau tujuan belajar yang lain bisa dikaji kembali di kitab-kitab yang menerang masalah ilmu.

tambahan

Banyak santri atau pelajar, ketika pulang kerumahnya masing-masing tidak membuahkan hasil yang efektif untuk mengubah kebiasaan negatif yang sudah menjadi tradisi ditempatnya, bahkan yang lebih sadis lagi dia ikut melakukan kebiasaan negatif tersebut. Hal seperti ini bukanlah ustadz atau guru yang mengajarnya semasa dia dipesantren, melainkan kurangnya niat dan kurangnya giat didalam belajar. Maka dari itulah janganlah kita menyianyiakan niat, dikarnakan seperti yang dikatakan didepan, niat adalah komitmen utama yang harus dimiliki oleh setiap pelajar, jadi bagi kita yang ingin melangkah kejenjang belajar usahakan berniat yang baik.
0

Pertemuan di Hari Minggu

ARI, beghitulah orang memanggilnya, Ari adalah anak pertama dari dua bersaudara, umurnya masih muda dan ia masih duduk di bangku SMP sedangkan adiknya, Adi masih duduk di bangku sekolah dasar.
Di desanya Ari dikenal sebagai anak pendiam, santun dan pintar sehinnga teman-teman sekolahnya sangat suka berteman dengan Ari.

Di sebuah pagi yang cerah sinar matahari masih belum begitu sempurna, sehingga masih terlihat menguning di ufuk timur. Namun di Desa Sumber Sari, matahari seakan telah menyempurnakan sinarnya dan terlihat begitu ceria dengan sinarnya. Jam dinding menunjukkan pukul 07:00, waktunya Ari dan adiknya berangkat sekolah, Ari bergegas menyiapkan alat tulisnya, mulai dari pensil sampai sampai buku-buku pelajaran tak lupa ia persiapkan, sesekali ia diam tertegun mengingat-ingat apakah masih ada alat sekolah yang ketinggalan. Merasa sudah lengkap Ari dan adiknya Adi cepat-cepat menggendong tasnya dan berpamitan kepada kedua orang tuanya;
“Bu, Ari berangkat sekolah” pamit Ari sambil mencium tangan Ibunya, begitu pula kepada bapaknya. Adiknya juga tak mau kalah sopan dari Ari, Adi juga berpamitan dan mencium tangan kedua orang tuanya. Kemudian keduanya berangkat bersama karna memang sekolah meraka berdua tidak terlau berjauhan.
Di rumah, orang tua Ari sedang sibuk menyiapkan bekal untuk dibawa ke sawah, maklum, tanah mereka cukup lebar, jadi mereka harus lebih lama di sawahnya agar garapannya cepat selesai, sehingga harus membawa bekal agar kalau nanti mereka lapar tidak bolak-bolik pulang.

Tet, tet, tet…. Bel sekolah sudah berbunyi dengan kerasnya sehingga suaranya dapat memenuhi setiap halaman sekolah Ari.
Semua siswa belarian untuk masuk sekolah termasik Ari. Kali ini Ari belajar pelajaran Bahasa Indonesia, serius sekali ia menyimak pelajaran ini, bolpoin sudah terjepit di jari-jemarinya denga buku tulis putih sebagai alasnya. Ia menulis semua keterangan dari gurunya. Tak berapalama buku Ari penuh dengan coretan pelajara. Begitulah Ari, ia sangat rajin di sekolah sehingga ia sering mendapatkan peringkat.

Jam dinding kelas sudah menunjukkan jam 12:30, bel sekolah pun juga sudah terdengar berbunyi, Ari berkemas-kemas untuk segera pulang. Dari sekolahnya, Ari pulang bersama teman-temannya, tapi kemudian mereka berpisah karna rumah mereka dengan rumah Ari berjauhan. Ari berjalan sendirian di bawah terik matahari yang membentang. Kalau waktu pulang sekolah Ari memang tidak pulang bersama adiknya, karna jam pulang di sekolah Adi lebih awal dari sekolah Ari, jadi Adi harus pulang sendirian tanpa menunggu kakaknya.
Ari berjalan menyusuri pepohonan, jalan kecil menjadi alternatif utama baginya, sehingga sinar matahari tak begitu ganas memanggang kulitnya.
Tak lama kemudian Ari pun sampai di rumahnya Seperti biasa, sebelum masuk rumah, Ari mengucapkan salam terlebih dahulu;
“Assalamu ‘alaikum” salam Ari.
“Wa ‘alaikum salam” terdengar dari dalam, Adi menjawab salam Ari.
“udah pulang kak?” tanya Adi.
“iya, bapak sama ibu belum pulang Di?” Ari balik bertanya.
“belum” jawab Adi datar.

Setelah istirahat scukupnya Ari bergegas mandi untuk sholat Dzuhur. Di luar, matahari terus membentangkan sinar panasnya, memang siang itu panas matahari sangat menyengat kulit dan menyilaukan pandangan. Tampak dari kejauhan sayup-sayup bayangan orang tua Ari, mereka sudah pulang dari sawah dengan membawa peralatan yang digunakan untuk menggarap sawahnya. Tak lama kemudian mereka sampai di rumah. Mereka tampak kelelahan dan terus istirahatmelepas kelelahannya yang sedari tadi mereka tanggung sawah.
Merasa telah cukup mereka istirahat, kemudian mereka cepat-cepat mandi kemudian sholat dzuhur bersama.

********


Pada suatu sore, langit di desa Sumber Sari terlihat suram, sinar mataharipun tak begitu terang tertutup oleh awan tebal di langit.
Bapak Ari berpamitan untuk pergi ke desa sebelah;
“Bu, saya pergi dulu”pamit pak Ari.
“mau kemana pak” tanya Bu Ari.
“saya mau ke desa sebelah kerumah teman” jawab Pak Ari.
“iya Pak, tapi pulangnya jangan malam-malam lho” pinta Bu Ari.
“iya, iya Bu, ya udah saya berangkat dulu, Assalamu ‘alaikum” samabil berjalan Pak Ari mengucapkan salamnya.
“wa ‘alaikum salam” Bu Ari tidak lupa menjawab salam Pak Ari.
Bu Ari masih berdiri di beranda rumahnya, terlihat di kejauhan sosok Pak Ari mulai menghilang, kemudian Bu Ari pun masuk rumah.

Sore itu juga Bu Ari hendak pergi kerumah salah satu teman arisannya di desa sebelah. Sebelum berangkat Bu Ari pun berpamitan kepada Ari;
“Ari, ibu pergi dulu ya” pamit Bu Ari.
“mau kemana Bu” tanya Ari.
“Ibu mau kerumah Bu Rina di desa sebelah” jawab Bu Ari.
“iya Bu,” ujar Ari.
“tapi jangan lama-lama ya Bu” Adi ikut bicara.
“Iya, hati-hati kalian dirumah ya” ujar Bu Ari
“asslamu ‘alaikum” Bu Ari mengucapkan salam.
“wa ‘alaikum salam” jawab Ari dan Adi serentak.
Bu Ari kemudian pergi menyusuri jalan setapak berbatu, alas kaki dari karet menjadi pahlawan untuk melindungi kakinya, Bu Ari terus menyusuri jalan setapak itu, berjalan di bawah rerindangan pohon hingga sampai di suatu tempat, sejenak ia menghentikan langkahnya, dari kejauhan matanya tertuju pada sosok seseorang, tak begitu jelas karna tertutup pepohonan. Bu Ari sedikit mendekat, hatinya penasaran, baju yang dikenakan orang itu pernah dikenalnya. Hatinya semakin kacau, sedikit ia dekatkan lagi pandangannya. Hah!!!!!! Kata-kata itu spontan terlontar dari mulutnya, ia terperanjat kaget, Bu Ari tak percaya pada pandangannya, seakan ia tak percaya pada matanya yang masih sehat. Hatinya berantakan bak disambar halilintar. Bu Ari sekarang yakin ternyata orang itu suaminya yang tadi berpamitan untuk ke desa sebelah, kini sedang berduaan dan bercumbu begitu mesra dengan seorang perempuan yang belum Bu Ari kenal.

Bu Ari masih di situ, badannya bergetar, ia hendak mengucapkan sesuatu tapi ia tak kuasa. Kepedihan itu ia pendam dalam-dalam, luapan hatinya taidak ia keluarkan di tempat itu. Ia hanya bisa menangis tersedu-sedu air matanya mengucur deras membasahi pipinya, matanya memerah menandakan ada sebuah kemarahan yang tak terbendung.
Tak kuasa menahan semuanya, ia memutuskan untuk kembali pulang, tidak meneruskan perjalanannya ke desa sebelah. Langkah kakinya begitu cepat sehingga dalam waktu kurang tiga menit Bu Ari sudah sampai rumah. Tanpa salam ia langsung masuk ke kamarnya dan menangis sejadi-jadinya, barang-barang di sekitarnya menjadi korban kemarahannya.
Ari dan Adi dibuat kaget dengan kelakuan ibunya, spontan mereka langsung menggedor-gedor pintu kamar ibunya; “Ibu, ibu…. Ibu kenapa bu….” Teriak mereka berdua. Merasa tidak ada jawaban dari dalam, mereka kembali menggedor pintu kamar itu; “Dor! Dor! Dor!, bu bukain pintunhya, bukain bu” rintih keduanya.
Mendengar teriakan mereka Bu Ari sedikit menghentikan tangisnya, Ia mencoba menenangkan diri, perlahan ia usap air matanya. Hingga kemudia ia membuka pintu kamarnya. Ari dan Adi langsung memeluk ibunya. “Ibu kenapa????” tanya Adi. “nggak… ibu ga’ kenapa-napa” dalih sang ibu. “kok ibu nangis… bilang bu ada apa???” anak itu kembali bertanya dengan nada merintih. “nggak kok bener ibu gak kenapa-napa kalian tenang saja ya…” Bu Ari kembali berdalih, karna takut Ari dan Adi mengetahui apa yang sedang terjadi.

*******

Matahari mulai menenggelamkan wajahnya di ufuk barat, sinarnya memerah pertanda malam akan segera tiba. Pak Ari pulang, ia tampak tenang seakan tak ada yang mengetahui keadaannya tadi. “assalamu ‘alaikum” Pak Ari mengucapkan salam. “wa ‘alaikum salam” terdengar suara Ari dan Adi membalas salam bapaknya.
“udah pulang pak?” tanya Ari
“iya.” Jawab Pak Ari datar. Pak Ari langsung masuk kerumahnya tanpa ada yang perasaan was-was. “lagi ngapain bu?” sapa Pak Ari pada Bu Ari.
“ini lagi bersih-bersih” jawab Bu Ari.
Malam telah datang dengan selimut hitamnya, lampu-lampu di desa Sumber Sari nampak antusias menerangi jalan-jalan de desa itu. Tak terasa waktu magrib telah lewat, kini adzan isyak tengah berkumandang. Keluarga Pak Ari sholat berjamah bersama-sama.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 09:00, Bu Ari segera menyuruh anaknya untuk segera tidur; “Ri, sana tidur, biar besok cepat bangun, adiknya diajak” suruh sang ibu. “iya bu” Ari menuruti perintah ibunya, ia segera masuk kekamarnya. Sekarang di ruang depan hanya tinggal Bu Ari dan Pak Ari. “Pak…” Bu Ari mengawali pembicaraan. “iya bu ada apa?” tanya Pak Ari. “tadi waktu aku mau kerumah Bu Rani, aku melihat bapak sedang berduaan dengan seorang perempuan, tampaknya bapak mesra sekali sama dia” Bu Ari mulai mengintrogasi.
Spontan! Wajah Pak Ari berubah menjadi merah, jantungnya berdetak kencang, ternyata perbuatannya yang ia tutupi selama ini telah diketahui istrinya. Pak Ari diam seribu kata. “kenapa sih pak, kamu kok tega melakukan semua ini? Apa kurangnya aku?” Bu Ari angkat bicara lagi dengan air mata yang tak terbendung. Kata-kata itu memang membuat Pak Ari mati kutu. “bu…” baru saja Pak Ari angkat bicara, Bu Ari memotong pembicaraannya. “kenapa kamu kok menceraikan aku dulu….” Isak tangisnya sudah tak terbendung, Ia lalu menangis sejadi-jadinya. Pak Ari semakin diam di buatnya.

********

Malam telah berdiri tegak, jam menunjukkan pukul 12:00 malam. Bu Ari keluar dari kamarnya, terlihat Pak Ari sedang tidur. Kemudian Bu Ari keluar dengan membawa tas, ternyata selama di dalam kamar, Bu Ari berkemas-kemas, ia tak kuasa menahan nasalah yang menimpa dirinya, ia akan pergi dari rumah, meskipun dengan berat hati harus berpisah dengan anaknya. Ia sudah berada di depan rumah ia tidak tahu akan pergi kemana. Bu Ari mulai melangkahkan kakinya dan pergi jauh entah kemana.
Keesokan harinya, waktu Ari dan Adi bangun, mereka sudah tidak menemukan ibunya. Mereka menangis tersedu, Pak Ari telihat cemas melihat anaknya menangis ia sangat bingung kemana Bu Ari pergi. “pak… ibu kemana?” tanya Adi. “tenang nak, ibu pasti kembali” jawab Pak Ari. “iya tapi kapan… ibu pergi kemana?” tanya Adi lagi.
Sudah beberapa hari Ari dan Adi tidak bertemu ibunya mereka menjadi semakin sedih. Begitu juga dengan Pak Ari, dalam hatinya tumbuh benih-benih penyesalan. Suatu hari ketika mereka sedang berkumpul, Pak Ari minta maaf kepada anaknya, ia bilang kepergian ibunya disebabkan oleh bapaknya. Mendengarkan perkataan bapaknya mereka sangat marah. Setelah bapaknya jujur kepada mereka, mereka tidak menyapa bapaknya hampir dua hari.
Setiap pulang sekolah Ari dan Adi tidak langsung pulang kerumah, mereka masih keliling desa untuk mencari ibunya. Kadang sampai larut sore mereka baru pulang.

********

Tak terasa kepergian Bu Ari sudah memakan waktu satu bulan. Ari, Adi dan Bapaknya dibuat cemas. Siang itu tepatnya hari minggu, Ari dan Adi libur sekolah. Siang itu mereka memutuskan untuk pergi ke kota untuk mencari ibunya, rasanya mereka tidak kuat menahan rasa rindu yang melumuri hatinya. Begitu juga dengan Bu Ari, hampir setiap malam ia menangis hanya karna rindu kepada anak-anaknya.
Mereka berdua pergi tanpa sepengetahuan Pak Ari, karna saat itu Pak Ari sedang kesawah. Mereka berjalan menyusuri jalan desa Sumber Sari, hingga sampailah mereka keperkotaan, di situ mereka berjalan pelan, siapa tau mereka dapat melihat ibunya di situ, atau ibunya bisa melihat mereka. Mereka terus melangkahkan kakinya hingga masuk ke gang kecil di perkotaan itu. Samar-samar mereka melihat seseorang yang postur tubuhnya mirip sama ibunya. “kak! Kayaknya itu ibu” ujar Adi. “iya, ayo kita tengok sampai dekat” ajak Ari pada adiknya. “ayo kak” ujar Adi.

Mereka terus mendekat hingga mereka tepat berada di belakang orang itu dengan jarak kurang lebih lima meter. Setelah mendekat mereka yakin bahwa orang itu ibunya. Kemudian Adi memanggil orang itu dengan sapaan Ibu. “Bu” panggil Adi. Orang itu menoleh ke arah Adi. Ternyata benar orang itu adalah Bu Ari, Ibu mereka yang telah lama pergi meninggalkan mereka dalam kerinduan. Spontan mereka memeluk ibunya dengan sangat haru, isak tangis yang memilukan menghiasi suasana saat itu. “Bu, kenapa Ibu perg meninggalkan kami Bu” tanya Ari. “maafkan ibu nak, maafkan ibu…” dengan penuh haru sang ibu minta maaf pada mereka. “ayo bu kita pulang, bapak sudah menyesali perbuatannya” dengan tangisan Adi mengajak ibunya untuk kembali pulang ke desanya. Selama meninggalkan rumah Bu Ari tinggal bersama neneknya di kota. Tak tega dengan permohonan anaknya, sang ibu menuruti permohonan anaknya. Mereka pulag bersama-sama ke desa Sumber Sari. Pak Ari pun menyambut kedatangan mereka dengan sepenuhnya. Pak Ari meminta maaf pada Bu Ari, mereka pun hidup bersama lagi seperti dulu.

 
Copyright © Sholehuddin Blog's